C A R D I A C
A R R E S T
PENDAHULUAN
WHO (2008) menerangkan bahwa
penyakit jantung, bersama-sama dengan penyakit infeksi dan kanker masih tetap mendominasi peringkat teratas penyebab utama kematian di dunia.
Serangan jantung dan problem seputarnya masih menjadi pembunuh nomor
satu dengan raihan 29 % kematian global setiap tahun.
Demikian
halnya di Indonesia, berdasarkan Survei Kesehatan Nasional penyakit jantung
bersama dengan penyakit infeksi merupakan penyebab kematian utama di Indonesia
(Diklat Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118, 2010).
Kematian
jantung mendadak merupakan berhentinya fungsi jantung secara
tiba-tiba pada seseorang yang telah atau belum diketahui menderita penyakit
jantung. Waktu dan kejadiannya tidak diduga-duga, yakni segera setelah
timbul keluhan. Kejadian yang
menyebabkan kematian mendadak terjadi ketika sistem kelistrikan jantung
menjadi tidak berfungsi dengan baik, dan menghasilkan irama jantung yang tidak normal.
P E N G E R T I A
N (1)
Jameson, 2005
Cardiac
Arrest adalah penghentian sirkulasi normal darah
akibat kegagalan jantung untuk berkontraksi secara efektif.
P E N G E R T I A
N (2)
American Heart, 2010
Cardiac Arrest
adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan mendadak,
bisa terjadi pada seseorang yang memang
didiagnosa dengan penyakit jantung
ataupun tidak. Waktu kejadiannya tidak bisa diperkirakan, terjadi dengan sangat
cepat dengan gejala maupun tanpa gejala
ETIOLOGI
Penyebab
cardiac arrest yang paling umum adalah gangguan listrik di dalam jantung.
Jantung memiliki sistem konduksi listrik yang mengontrol irama jantung tetap
normal. Masalah dengan sistem konduksi dapat menyebabkan irama jantung
yang abnormal, disebut aritmia.
Terdapat
banyak tipe dari aritmia, antara lain :
- Jantung dapat berdetak terlalu cepat
- Jantung berdetak terlalu lambat, atau
- Jantung berhenti berdetak.
Ketika
aritmia terjadi, jantung memompa sedikit atau bahkan tidak ada darah ke dalam
sirkulasi.
FAKTOR
PREDISPOSISI : ada 6
Menurut American Heart
Association (2010), sesorang dikatakan mempunyai risiko tinggi untuk
terkena Cardiac Arrest dengan kondisi :
- Ada jejas di jantung akibat serangan jantung terdahulu
- Penebalan otot jantung (Cardiomyopathy)
- Seseorang yang sedang menggunakan obat-obatan untuk jantung
- Kelistrikan jantung yang tidak normal
- Pembuluh darah yang tidak normal
- Penyalahgunaan obat
ADA JEJAS DI
JANTUNG AKIBAT SERANGAN JANTUNG TERDAHULU :
Jantung
yang terjejas akan mengalami pembesaran karena sebab tertentu cenderung untuk
mengalami aritmia ventrikel yang mengancam jiwa.
Enam
bulan pertama setelah seseorang mengalami serangan jantung adalah Periode
Risiko tinggi terjadinya cardiac arrest pada pasien dengan penyakit
jantung.
PENEBALAN OTOT
JANTUNG (CARDIOMYOPATHY):
Umumnya
karena berbagai sebab (tekanan darah tinggi, kelainan katub jantung) membuat
seseorang cenderung untuk terkena cardiac arrest.
SEDANG MENGGUNAKAN
OBAT-OBATAN JANTUNG:
Karena
beberapa kondisi tertentu beberapa obat-obatan untuk jantung justru merangsang
timbulnya aritmia ventrikel dan berakibat cardiac arrest, kondisi seperti ini
disebut proarrythmic effect.
KELISTRIKAN
JANTUNG YANG TIDAK NORMAL:
v Sindrom
Wolff-Parkinson-White.
v Sindrom
Q-T yang memanjang
PEMBULUH DARAH
YANG TIDAK NORMAL :
Khususnya
di arteri koronari dan aorta sering menyebabkan kematian mendadak pada
dewasa muda, pelepasan adrenalin ketika berolah raga atau melakukan
aktifitas fisik yang berat bisa menjadi pemicu terjadinya cardiac arrest.
PENYALAHGUNAAN
OBAT :
Penyalahgunaan obat adalah salah satu faktor penyebab
terjadinya cardiac arrest pada penderita yang sebenarnya tidak mempunyai
kelainan pada organ jantung.
TANDA-TANDA
CARDIAC ARREST :
Diklat Ambulans Gawat Darurat 118
(2010
- Ketiadaan respon; pasien tidak berespon terhadap rangsangan suara, tepukan di pundak ataupun cubitan.
- Ketiadaan pernafasan normal; tidak terdapat pernafasan normal ketika jalan pernafasan dibuka.
- Tidak terabanya denyut nadi; di arteri besar (karotis, femoralis, radialis).
PROSES TERJADINYA
CARDIAC ARREST :
- Fibrilasi Ventrikel (VF)
Merupakan
kasus cardiac arrest terbanyak yang sering menimbulkan kematian mendadak. Pada
keadaan ini jantung tidak dapat melakukan fungsi kontraksinya, jantung hanya
mampu bergetar saja.
Pada
kasus ini tindakan yang harus segera dilakukan adalah DC shock dan CPR.
- Takhikardi Ventrikel (VT)
Mekanisme
penyebab terjadinya takhikardi ventrikel biasanya karena adanya gangguan
otomatisasi (pembentukan impuls) ataupun akibat adanya gangguan konduksi. Frekuensi
nadi yang cepat akan menyebabkan fase pengisian ventrikel kiri akan memendek,
akibatnya pengisian darah ke ventrikel juga berkurang sehingga curah jantung
akan menurun.
Pada
kasus ini tindakan yang harus segera dilakukan adalah DC shock dan CPR.
- Pulseless Electrical Activity (PEA)
PEA
atau aktifitas listrik tanpa nadi merupakan keadaan dimana aktifitas listrik
jantung tidak menghasilkan kontraktilitas atau menghasilkan kontraktilitas
tetapi tidak adekuat sehingga tekanan darah tidak dapat diukur dan nadi tidak
teraba.
Pada
kasus ini CPR adalah tindakan yang harus segera dilakukan.
- Asistole
Keadaan ini
ditandai dengan tidak terdapatnya aktifitas listrik pada jantung, dan pada
monitor irama yang terbentuk adalah seperti garis lurus.
Pada
kondisi ini tindakan yang harus segera diambil adalah CPR.
PROGNOSIS CARDIAC
ARREST
Kematian
otak dan kematian permanen dapat terjadi hanya dalam jangka waktu 8 sampai 10
menit dari seseorang tersebut mengalami cardiac arrest (Diklat Ambulans Gawat
Darurat, 2010).
Kondisi
tersebut dapat dicegah dengan pemberian CPR (resusitasi jantung paru) dan
defibrilasi (DC shock) segera untuk mengembalikan fungsi jantung normal.
CPR
dan defibrilasi yang diberikan antara 5 sampai 7 menit dari korban mengalami henti
jantung, akan memberikan kesempatan korban untuk hidup rata-rata sebesar 30%
sampai 45% (American Heart Association, 2010).
ASUHAN KEPERAWATAN
CARDIAC ARREST
PENGKAJIAN:
Umumnya
data yang diperoleh pada saat pengkajian yaitu Data Obyektif,
antara lain :
- Warna kulit pucat
- Kulit dingin
- CRT > 2 detik
- Sianosis kuku & bibir
- Terlihat distress pernafasan
- Tekanan darah tidak ada
- Nadi perifer tidak teraba
DIAGNOSA
KEPERAWATAN :
- Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan suplai O2 ke otak.
- Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan suplai O2 tidak adekuat.
- Penurunan curah jantung berhubungan dengan kemampuan pompa jantung menurun.
INTERVENSI
KEPERAWATAN :
1.
Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan
penurunan suplai O2 ke otak.
a.
Berikan vasodilator misal nitrogliserin,
nifedipin sesuai indikasi
b.
Posisikan kaki lebih tinggi dari jantung
c.
Pantau adanya pucat, sianosis dan kulit dingin
atau lembab
d.
Pantau pengisian kapiler (CRT)
2.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
suplai O2 tidak adekuat.
a.
Berikan O2 sesuai indikasi
b.
Pantau GDA pasien
c.
Pantau pernapasan klien
3.
Penurunan curah jantung berhubungan dengan
kemampuan pompa jantung menurun.
a.
Lakukan pijat jantung
b.
Berikan oksigen tambahan dengan kanula
nasal/masker dan obat sesuai indikasi
c.
Palpasi nadi perifer
d.
Pantau tekanan darah
e.
Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar