Laman

Selasa, 17 April 2012

Kardiovaskuler 2 : pak askar Pemeriksaan Radiografi terkait Sistem Kardiovaskuler


Pemeriksaan Radiografi terkait Sistem Kardiovaskuler
M. Askar, S.Kep, Ns.,M.Kes
NIDN. 0928028002
Radiografi
ž  Pemeriksaan sinar X dilakukan untuk menentukan ukuran, kontur, dan posisi jantung
ž  Memperlihatkan kalsifikasi jantung dan perikardial
ž  Menunjukkan adanya perubahan fisiologis sirkulasi pulmonal
ž  Tidak membantu diagnosis infark miokardium akut
ž  Menguatkan adanya komplikasi tertentu (mis, gagal jantung kongestif)
ž  Pemasangan kateter, seperti pacu jantung atau kateter arteri pulmonal dapat dilihat melalui pemeriksaan sinar X
ž  Pemeriksaan radiografi meliputi :
ž  Foto rontgen toraks
ž  Flouroskopi
ž  Kateterisasi jantung
ž  Angiografi radioactive imaging
Foto Toraks
ž  Pelengkap pemeriksaan fisik pada klien
ž  Memberikan banyak informasi mengenai keadaan jantung dan paru-paru
ž  Interpretasi foto toraks tidak mudah dilakukan
ž  Memerlukan pengetahuan anatomi dan patologi
ž  Butuh latihan pengenalan dari berbagai gambaran normal dan kemungkinan perubahan foto toraks yang terjadi pada proses patologis
ž  Perubahan radiologis dapat terlihat pada kongesti vena pulmonalis, edema paru interstisial, dan edema paru alveolar
Fluoroskopi
ž  Pemeriksaan fluoroskopi dapat memberikan gambaran visual jantung pada luminescent x-ray screen
ž  Pemeriksaan ini memperlihatkan denyutan jantung dan pembuluh darah serta sangat tepat untuk mengkaji kontur jantung yang tidak normal
ž  Fluoroskopi adalah alat yang tepat untuk penempatan dan pemasangan elektroda pemacu intravena serta untuk membimbing pemasukan kateter pada kateterisasi jantung
Angiografi
ž  Kateterisasi jantung biasanya dilakukan bersama angiografi
ž  Suatu teknik memasukkan media kontras ke dalam sistem pembuluh darah untuk menggambarkan jantung dan pembuluh darah
ž  Bila hanya satu kamar jantung atau pembuluh darah tertentu yang dipelajari, maka prosedur ini dinamakan angiografi selektif
ž  Angiografi menggunakan sineangiogram, satu seri film atau gambar hidup pada layar fluoroskopi yang diperkuat untuk mencatat perjalanan media kontras melalui berbagai tempat pembuluh darah
ž  Pencatatan informasi tersebut memberikan perbandingan berbagai informasi dari waktu ke waktu
ž  Empat tempat yang paling sering digunakan untuk angiografi selektif adalah aorta, arteri koronaria, serta sisi kanan dan kiri jantung.
Aortografi
ž  Aortogram adalah angiografi yang menggambarkan lumen aorga dan arteri utama yang muncul darinya
ž  Pada aortografi toraks, media kontras digunakan untuk mempelajari arkus aorta dan cabang-cabang besarnya
ž  Biasanya digunakan pendekatan translumbal retrograd brakhial atau femoral
Arteriografi Koroner
ž  Kateter radiopak dimasukkan ke arteri brakial kanan/kiri atau arteri femoralis kemudian di dorong ke aorta asendens dan diarahkan ke arteri koronaria yang dituju dengan bantuan fluoroskopi
ž  Arteriogram koroner digunakan untuk mengevaluasi derajat aterosklerosis dan menentukan cara penanganannya.
Kateterisasi Jantung Kanan
ž  Kateterisasi jantung kanan dilakukan dengan memasukkan kateter radiopak vena antekubital atau femoral ke atrium kanan, ventrikel kanan, dan pembuluh darah paru
ž  Cara ini dilakukan dibawah pemantauan fluoroskopi
ž  Tekanan dalam atrium kanan diukur dan dicatat, kemudian sampel darah diambil untuk pengukuran hematokrit dan saturasi oksigen
ž  Kateter kemudian didorong melalui katup triskupidalis
ž  Selanjutnya uji yang sama dilakukan pada darah di ventrikel kanan
ž  Akhirnya kateter dimasukkan lebih dalam lagi ke arteri paru (melalui katup paru) sampai sampel kapiler dapat diambil kemudian tekanan kapiler (juga dikenal sebagai tekanan bagi) diukur selanjutnya kateter ditarik
ž  Kateterisasi jantung kanan dianggap prosedur yang relatif aman
ž  Namun ada juga potensi infeksi seperti disritmia jantung, spasme vena, infeksi tempat pemasangan, perforasi jantung, dan yang jarang terjadi adalah henti jantung
Kateterisasi Jantung Kiri
ž  Kateterisasi jantung kiri biasanya dilakukan dengan teknik kateterisasi retrograd jantung kiri atau kateterisasi transeptal atrium kiri
ž  Pada teknik retrograd, kateter dimasukkan ke arteri brakhialis kanan (arteriotomi) kemudian didorong dibawah kontrol fluoroskopi ke aorta asendens dan ke ventrikel kiri, atau kateter dapat dimasukkan secara perkutan melalui tusukan arteri femoralis
ž  Pada pendekatan transeptal, kateter dimasukkan melalui vena femoralis (secara perkutan atau melalui diseksi vena safena magna) ke atrium kanan
ž  Sebuah jarum panjang dimasukkan melalui kateter tadi dan digunakan untuk menusuk septum yang memisahkan atrium kanan dan kiri
ž  Jarum kemudian ditarik dan kateter didorong dengan bantuan fluoroskop ke ventrikel kiri
ž  Pada kedua teknik tersebut, kondisi klien dipantau dengan elektrokardiogram
ž  Kateterisasi jantung kiri paling sering dilakukan untuk mengevaluasi fungsi otot ventrikel kiri dan katup mitral, aorta, atau kepatenan arteria koronaria
ž  Prosedur ini digunakan untuk mengevaluasi klien sebelum dan sesudah pembedahan jantung
ž  Biasanya sisi kanan jantung dikateterisasi terlebih dahulu sebelum sisi kiri
ž  Komplikasi yang dapat terjadi meliputi : disritmia, infark miokardium, perforasi jantung dan pembuluh darah besar, serta embolisme sistemik
ž  Setelah kateterisasi, kateter dicabut secara perlahan
ž  Pada pendekatan brakial, tempat diseksi ditutup dan dibalut
ž  Pada tempat penusukan femoral, lakukan tekanan manual sampai perdarahan berhenti
MRI (Magnetic Resonance Imaging)
ž  Pemeriksaan radionuklida sangat berguna untuk mendeteksi infark miokardium, penurunan aliran darah miokardium, dan untuk mengevaluasi fungsi ventrikel kiri
ž  Radioisotop diinjeksikan secara intravena dan dilakukan pemindaian dengan menggunakan kamera gama
ž  Pencitraan perfusi miokardium talium sering digunakan dalam hubungannya dengan tes toleransi latihan
ž  Pencitraan ini berfungsi untuk mengevaluasi aliran darah yang melewati pembuluh darah yang sangat kecil dan digambarkan dengan arteriografi untuk membandingkan perubahan perfusi miokardium segera setelah latihan dan istirahat
ž  Satu atau dua menit sebelum latihan berakhir, satu dosis talium-201 diinjeksikan ke infus intravena agar terdistribusi ke jantung
ž  Gambar segera diambil dan diulang dua sampai empat jam
ž  Daerah yang tidak memperlihatkan ambilan talium dicatat sebagai defek dan menunjukkan iskemia akibat latihan
ž  Sedangkan defek yang persisten menunjukkan adanya infark dan dicatat sebagai defek menetap
ž  Meskipun kebanyakan pencitraan talium bersifat gambaran satu dimensi, namun telah ada metode baru dengan tomografi emisi foton tunggal (SPECT = single photon emission tomography) yang mampu memberikan gambaran tiga dimensi
ž  Dengan SPECT, kamera bergerak mengitari klien memutar 180-360 derajat, sehingga identifikasi daerah yang mengalami penurunan perfusi miokardium dapat dikenali lebih tepat
PET (Positron Emission Tomography)
ž  Prosedur non-invasif yang digunakan di masa lalu terutama untuk mempelajari disfungsi neurologis
ž  PET digunakan untuk mendiagnosis disfungsi jantung
ž  Untuk klien jantung, termasuk yang tidak bergejala, PET memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai perfusi miokardium dan viabilitasnya dibanding TEE atau pemindaian talium
ž  TEE sangat membantu untuk merencanakan jalannya perawatan, misalnya dalam menentukan perlunya pembedahan tandur pintasan koroner (CABG) atau angioplasti
ž  Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi kepatenan pembuluh asli atau hasil tandur dari sirkulasi kolateral
ž  Klien yang menjalani pemindaian PET diberikan injeksi radioisotop
ž  Merupakan salah satu senyawa yang digunakan untuk menunjukkan aliran darah dalam miokardium dan senyawa lainnya untuk menunjukkan fungsi metabolismenya.
ž  Kamera PET memberikan gambaran tiga dimensi yang sangat rinci mengenai penyebaran senyawa tersebut
ž  Viabilitas miokardium ditentukan dengan membandingkan besarnya metabolisme glukosa dalam miokardium dengan besarnya aliran darah
ž  Misalnya, jaringan iskemik namun masih aktif akan memperlihatkan penurunan aliran darah dan peningkatan metabolisme
ž  Untuk klien ini, maka revaskularisasi dengan pembedahan atau angioplasi akan meningkatkan fungsi jantung
ž  Pembatasan masukan makanan sebelum tes dilakukan berbeda-beda menurut institusi yang menjalankannya,
ž  Namun karena PET mengevaluasi metabolisme glukosa, maka kadar glukosa darah klien harus dalam batas normal
ž  Klien harus menghentikan kopi dan tembakau empat jam sebelum dilakukan tes
ž  Klien diyakinkan bahwa pajanan radiasi yang dikenakan sangat aman dan masih dalam batas yang dapat diperiksa, seperti pada pemeriksaan dengan talium
ž  Meskipun peralatan PET masih sangat mahal bagi kebanyakan institusi, namun semakin banyak yang menggunakan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar