Sesak Napas dan Mekanismenya
Dispnea atau yang biasa dikenal dengan
sesak napas adala Perasaan sulit bernapas dan biasanhya merupakan gejala utama
dari penyakit kardiopulmonal. Orang yang mengalami sesak napas sering mengeluh napas
nya terasa pendek dan dangkal.
Gejala objektif sesak napas termasuk juga
penggunaan otot otot pernpasan tambahan seperti sternocleidomastoidseus,
scalenus, trapezius, dan pectoralis mayor, adanya pernapasan cuping hidung,
tachypnea dan hiperventilasi. Tachypnea adalah frekuensi pernapasan yang cepat,
yaitu lebih dari 20 kali permenit yang dapat muncul dengan atau tanpa dispnea.
Hiperventilasi adalah ventilasi yang lebih besar daripada jumlah yang
dibutuhkan untuk mempertahan kan pengeluaran CO2 normal, hal ini dapat
diidentifikasi kan dengan memantau tekanan parsial CO2 arteri, atau tegangan pa
CO2 yaitu lebih rendah dari angka normal yaitu 40mmHg.
Sumber penyebab dispnea tErmasuk :
1. Reseptor reseptor mekanik pada otot otot
pernapasan, paru, dinding dada dalam teoti tegangan panjang, elemen elemen
sensoris, gelendong otot pada khususnya berperan penting dalam membandingkan
tegangan otot dengan drjat elastisitas nya. Dispnea dapat terjadi jika tegangan
yang ada tidak cukup besar untuk satu panjang otot.
2. Kemoreseptor untuk tegangan CO2 dan O2.
3. Peningkatan kerja pernapasan yang
mengakibatkan sangat meningkat nya rasa sesak napas.
4. Ketidak seimbangan antara kerja
pernapasan dengan kapasitas ventilasi
Besarnya tenaga fisik yang dikeluarkan
untuk menimbulkan dispnea bergantung pada beberapa hal berikut :
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Ketinggian tempat
4. Jenis latihan fisik
5. Dan terlibatnya emosi dalam melakukan
kegiatan tersebut.
Dispnea nokturna paroksismal menyatakan
timbulnya dispnea pada malam hari dan memerlukan posisi duduk dengan segera
utnuk bernapas, atau dengan kata lain terbangun dari tidur untuk melakukan
usaha bernapas agar tidak terasa sesak.
Pasien denagn gejala dispnea biasanya
memiliki satu dari beberapa keadaan seperti berikut yaitu :
Penyakit kardiovaskular
Emboli paru
Penyakit paru interstisial atau alveolar
Gangguan dinding dada atau otot otot dada
Penyakit obstruktif paru
Kecemasan
Dispnea adalah gejala utama dari edema
paru, gagal jantung kongestif dan penyakit katup jantung. Emboli paru ditandai
oleh dispnea mendadak. Dispnea adalah gejala yang paling nyata pada penyakit
yang menyerang percabangan trakeo bronchial, parenkim paru dan rongga pleura.
Dispnea biasanya juga dikaitkan dengan
penyakit restriktif yaitu terdapat peningkatan kerja pernapasan akibat meingkt
nya resistensi elastic paru seperti padapneumonia, atelektasis kongestif atau
dinding dada seperti obesitas dan kifoskoliosis. Atau penyakitjalan napas
obstruktif dengan meningkat nya resistensi non elastic bronchial seperti
emfisema bronchitis dan asma. Dispnea juga dapat terjadi jika otot pernapasan
lemah seperti pada penyakit miastenia gravis, lumpuh, seperti pada polio
mielitis. Letih akibat meningkat nya kerja pernapasan kurang mampu melakukan
kerja mekanis seperti pada penderita emfisema yang berat dan obesitas.
Mekanisme terjadinya sesak napas
Dispnea atau sesak napas bisa terjadi dari
berbagai mekanisme seperti jika ruang fisiologi meningkat maka akan dapat
menyebab kan gangguan pada pertukaran gas antara O2 dan CO2 sehingga
menyebabkan kebutuhan ventilasi makin meningkat sehingga terjadi sesak napas.
Pada orang normal ruang mati ini hanya berjumlah sedikit dan tidak terlalu
penting, namun pada orang dalam keadaan patologis pada saluran pernapasn maka
ruang mati akan meningkat.
Begitu juga jika terjadi peningkatan
tahanan jalan napas maka pertukaran gas juga akan terganggu dan juga dapat
menebab kan dispnea.
Dispnea juga dapat terjadi pada orang yang
mengalami penurnan terhadap compliance paru, semakin rendah kemampuan terhadap
compliance paru maka makinbesar gradien tekanan transmural yang harusdibentuk
selama inspirasi untuk menghasilkan pengembangan paru yang normal. Penyebab
menurunnya compliance paru bisa bermacam salah satu nya adalah digantinya
jaringan paru dengan jaringan ikat fibrosa akibat inhalasi asbston atau iritan
yang sama.
Reference ;
•Price, Sylvia Anderson dan Lorraine MW.
Patofisiologi Vol 1. ed 6. Jakarta : EGC. 2005.
•Kasper, et al.. Harrison’s principles of
internal medicine vol 2. 16th ed. McGraw-Hill, 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar