Laman

Rabu, 11 April 2012

kardiovaskuler 1 pak arham : PENGKAJIAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER


PENGKAJIAN KLIEN
DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER

Dalam melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan sistem kardiovaskuler perawat tetap memandang klien sebagai makhluk holistik. Oleh karena itu dalam mengkaji senantiasa memperhatikan aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual kilen. Perubahan gangguan aspek biologis dapat mempengaruhi aspek lain, yang juga nantinya akan memberi dampak pada perkembangan penyakit klien.
Aspek-aspek yang perlu dikaji pada klien dengan gangguan sistem kardiovaskuler meliputi :

I.     BIODATA

A.     Identitas pasien : meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, pendidikan, alamat, diagnosa medis, tanggal/jam MRS dan tanggal/jam pengkajian.
B.     Keluhan utama: merupakan keluhan yang paling dirasakan oleh pasien dan merupakan alasan pokok klien MRS (keluhan utama saat MRS).
C.     Keluhan utama yang lain adalah keluhan utama saat dilakukan pengkajian (beberapa saat atau hari setelah klien MRS).
D.    Riwayat Penyakit Sekarang yang berisikan tentang keadaan dan keluhan­keluhan klien saat timbulnya serangan, waktu dan frekuensi timbulnya serangan, penjalaran, kwalitas (berat ringannya) serangan, tindakan-tindakan yang telah dilakukan oleh klien/keluarga untuk mengatasi keluhan klien.
E.     Pedoman yang dipakai dalam menemukan perjalanan penyakit klien adalah P (Provokatif/palliatif), Q (Qualitas/Quantitas), R (Regio/Radiation), S (Severe l derajat keparahan), dan T (Time/waktu).
F.     Riwayat Penyakit Masa LaIu : meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita klien terutama penyakit yang dapat mendukung munculnya penyakit saat ini (faktor predisposisi maupun presipitasi), misalnya hipertensi, penyakit pembuluh darah, diabetes mellitus, gangguan fungsi tyroid, RHD, penyakit jantung, penyakit darah dan lain-lain.
G.    Riwayat Penyakit Keluarga : meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita keluarga terutama yang berhubungan dengan gangguan pada sistem kardiovaskuler atau pada sistem lain yang mempunyai sifat herediter dan berpengaruh terhadap fungsi sistem kardiovaskuler.
H.    Riwayat Psikososial meliputi riwayat psikologis pasien yang berhubungan dengan kondisi penyakitnya serta dampaknya terhadap kehidupan sosial pasien.
I.      Pola aktivitas sehari-hari: meliputi pola nutrisi dan cairan (makan dan minum), pola eliminasi (urine/bowel), istirahat-tidur, personal hygiene serta aktivitas/kebiasaan lain yang dapat memperburuk kondisi klien.

II.   PEMERIKSAAN FISIK

J.      Kesan Umum: meliputi kondisi klien yang tampak oleh perawat.
K.     Tanda-tanda vital : meilputi Tekanan Darah (hipertensi, normal, hipotensi), Denyut Nadi, Respirasi rate, Suhu, Tinggi badan, Berat badan.
L.     Pemeriksaan kepala dan leher:
1.     Wajah mungkin di dapatkan pucat, cyanosis (dampak dan menurunnya distnbusi oksigen ke jaringan perifer), oedema periorbital (dampak dan penurunan laju filtrasi glomerulus serta retensi air dan garam), grimace/tanda kesakitan, dan lain-lain.
2.     Hidung pernafasan cuping hidung, cyanosis.
3.     Mata : konjunctiva pucat, ptechieae ; sclera icterus/normal; arcus senilis pada cornea; keadaan pembuluh darah retina (fundus mata).
4.     Leher:
a.     Distensi vena jugularis (Jugularis Venous Pressure> 5, 2 cm atau> 3 cm), adanya denyutan menunjukkan CHF.
b.     Arten karotis:
1)    Palpasi : untuk menilai adanya atherosclerosis baik pada arteri karotis kiri/kanan; bila berdenyut seperti berdansa menunjukkan adanya insuffisiensi aorta
2)    Auskultasi, bila terdengar bunyi bruit menunjukkan adanya aorta stenosis, atherosclerosis arteri carotis. Auskultasi juga untuk menilai adanya penjalaran bising aorta.
c.     Kelenjar thyroid dengan auskultasi bila terdengar bising menunjukkan peningkatan vaskularisasi akibat hiperfungsi thyroid.
d.     Trachea : dengan palpasi bila setiap teraba denyut jantung trachea tertarik ke bawah (Oliver Sign) menunjukkan aneurisma aorta; amati kesimetrisan.
M.    Thorax ( Paru dan Jantung)
1.     Inspeksi Menilai kesimetrisan dan bentuk thorax (Cekung : perikarditis kronis, fibrosis paru. Cembung pada intercosta menunjukkan tanda efusi perikard/pleura. Cembung di Os. costae menunjukkan adanya kelainan jantung kongenital) ; gerakan pernafasan; pola nafas; pelebaran vena di dada; denyut apex jantung; denyut nadi dada/punggung; penonjolan dada setempat yang berdenyut: retraksi di precordium (seirama dengan sistole menunjukkan adanya perikarditis, Insuffisiensi). Trikuspidalis dan aorta); retraksi otot intercostae dan suprasternal.
2.     Palpasi  Vocal fremitus untuk menilai getaran suara pada dinding dada.
Denyut apex (normal : ICS V Mid Clavicula Line. Sinistra selebar I
cm)
, denyut apex meningkat pada Insuffisiensi aorta/mitral, sedikit
meningkat pada hipertensi dan aorta stenosis, bila denyut apex
didapatkan pada linea sternalis sinistra menunjukkan adanya
hipertrofi ventrikel kanan.
a.     Getaran/Thrill : menunjukkan bising jantung dengan lokasi di:
b.     lCS II LSS adalah thrill akibat bising pulmonal stenosis
c.     lCS IV LSS adalah thrill akibat bising ventrikel septum defect
d.     lCS II LSD adalah thrill akibat bising aorta stenosis
e.     Apex pada fase diastole menunjukksn Mitral stenosis, sedang­kan pada fase sistole menunjukksn Mitral Insuffisiensi
f.      Denyut arteri di lokasi :
g.     Clavicula dan/ atau lCS II LSD menunjukkan Aneurisma aorta
h.     lCS II LSS menunjukkan Patent ductus arteriosus, Aneurisma arteri pulmonalis, aneurisms aorta descending.
3.     Perkusi Menilai batas-batas paru dan jantung, serta kondisi paru (normal resonan/sonor).
4.     Auskultasi Suara nafas dan suara nafas tambahan seperti ronchi, rales, wheezing, friction rub pleura
a.     Bunyi jantung I, II, lIl/IV atau Gallops rithme.
b.     Bising jantung : mitral, aorta, trikuspidalis, pulmonalis, defect septal, friction rub/gesekan perikard.
N.    Abdomen
1.     Auskultasi Menilai peristaltik usus,bising sistolik (aneurisma aorta abdominal)
2.     Insfeksi Menilai bentuk; keadaan permukaan perut; gerakan dinding perut; pelebaran vena abdominal; denyutan pada dinding perut di epigastrium (ventrikel kanan), lokasi lain (aneurisma aorta abdominal), di hypokondrium kanan (denyut vena hepar akibat hipertensi dan decompensasi cordis kanan)
3.     Palpasi Menilai adanya hepatomegali, splenomegali, ascites (pada decompensasi cordis kanan dan CHF)
4.     Perkusi : Shifthing dullness menunjukkan adanya cairan dalam abdomen (ascites).

O.    Extremitas
1.     Insfeksi  :
a.     Cyanosis pada kuku dan kulit ujung Jari menunjukkan tanda hipoxia jaringan perifer.
b.     Putih pucat pada kuku dan ujung jari (penyakit Raynauld *), Purpura/ptechiae pada sela jari, telapak tangan/kaki (tanda Endokarditis/SBE, infeksi virus)
c.     Erytema nodusum pada kulit di daerah tibia (endokarditis causa streptococcus)
d.     Splinter Haemorragic pada kuku (Endokarditis/SBE)
e.     Oedema
f.      Clubbing fingers (causa hipoxia kronis)
2.     Palpasi  
a.     Denyut nadi (Iihat pengkajian nadi)
b.     Suhu extremitas dingin
c.     Tonus otot
d.     Pitting oedema
e.     Nyeri
P.     Integumen
Inspeksi       
Kuning pucat ( dampak acidosis metabolik) atau kuning jaundice/ikterik (dampak penurunan faal hepar).
Q.    Neurologis perubahan/penurunan tingkat kesadaran serta perubahan sensori akibat hipoxia otak.


PENGKAJIAN NADI PERIFER

Aspek yang perlu dikaji meliputi : keadaan pembuluh darah arteri, frekuensi, irama, ciri denyutan, dan isi nadi.

A.    Keadaan pembuluh darah:
Normal: kenyal dan elastis
Abnormal: mengeras (sclerosis)


B.    Frekuensi:
Bila >100 X/menit : takhikardia/pulsus frekuens
Bile < 60  X/menit  : bradikardia/pulsus Rasus

C.    Irama:
Normal: Reguler atau irreguler (disritmia sinus) Abnormal : Gangguan hantaran konduksi Jantung
1.     Pulsus bigemini adalah tiap 2 denyut jantung dipisahkan oleh waktu yang cukup lama oleh karena satu di antara tiap denyutan menghilang).
2.     Pulsus trigemini, adalah tiap 3 denyut jantung dipisahkan oleh waktu yang cukup lama oleh karena satu di antara tiap denyutan menghilang).
3.     Pulsus extra-sistole (timbulnya satu denyut tambahan yang terjadi Iebih dini dari denyutan lain yang menyusul dalam interval denyutan yang memanjang.

D.    Ciri denyutan:
1.     Pulsus Anakrot adalah denyut nadi lemah dengan gelombang berpuncak tumpul dan rendah. Didapatkan pada aorta stenosis
2.     Pulsus Seller adalah denyut nadi meloncat/meningkat tinggi dan menurun dengan cepat. Didapatkan pada aorta insuffisiensi.
3.     Pulsus Alternan adalah denyut nadi yang kuat dan lemah muncul bergantian. Didapatkan pada Infark miokard, decompensasi cordis.
4.     Pulsus Paradoks adalah denyut nadi saat inspirasi semakin melemah sampai dengan hilang pada akhir inspirasi kemudian muncul lagi saat expirasi. Didapatkan pada pericarditis, efusi pericard.
E.     Isi nadi / amplitudo nadi:
1.     Pulsus Magnus : denyutan terasa mendorong jam pemeriksa (pada pasien demam)
2.     Pulsus Parvus: denyutan terasa lemah/gelombang nadi kecil (pada perdarahan dan infark)

Amplitudo denyutan nadi menggambarkan kualitas denyut nadi berkaitan dengan kesempurnaan dan kekuatan kontraksi ventrikel kiri yang dapat dirasakan oleh karena aliran darah pada pembuluh darah. Amplitudo denyutan yang normal dirasakan sama kuat dimanapun denyut arteri diraba.

 

Penilaian Amplitudo Nadi

NILAI
KETERANGAN
0
= Tidak ada denyutan, meski dengan penekanan yang kuat tidak teraba
+1
= Thready Pulse yaitu pulsasi yang sulit diraba dan hilang dengan penekanan  yang sangat ringan
+2
= Weak pulse adalah denyut yang lebih kuat daripada thready pulse, hilang dengan penekanan ringan
+3
= Normal pulse adalah pulsasi yang mudah diraba dan dengan pe-nekanan yang wajar menjadi hilang
+4
= Bounding Pulse adalah pulsasi yang kuat dan tidak hilang dengan penekanan yang wajar

PERKUSI BATAS PARU DAN JANTUNG

BATAS PARU
1.     Atas   fossa supraklavikularis dextra-sinistra.
2.     Bawah costae VI garis midclavikula line, costae VIII mid axillaris line, costae X scapula line.
Paru sinistra lebih tinggi daripada kanan.
Batas paru meningkat pada anak, fibrosis, konsolidasi, efusi pleura, ascites dan tumor intra abdominal.
Batas menurun pada orang tua, emfisema dan pneumothorax.

BATAS JANTUNG NORMAL
1.     Atas   ICS II Iinea sternalis dextra - ICS II Iinea sternalis sinistra
2.     Bawah ICS IV linea sternalis dextra/sinistra -ICS IV/V mid clavicula line sinistra
3.     Pinggang ICS III 2-3 cm dan linea sternalis sinistra

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG:

A.     Laboratorium :
1.     Darah lengkap haemoglobin, hematokrit, LED, leukosit, eritrosit, trombosit
2.     Arterial Blood Gasses :  pH, PaCO2 , PaO2 , HC03, 02 Saturasi, Base Excess
3.     Liver Function Test      SGOT, SOPT, bilirubin, urobilin
4.     Renal Function Test    BUN/ureum, kreatinin, uric acid
5.     Fraksi Lemak    Kholesterol (total, low density lipoprotein, high density lipoprotein), trigliserida
6.     Kimia darah : kadar gula darah
7.     Cardiac isoenzym : CK-MB, SGOT, LDH, CPK
8.     Elektrolit : Kalium, Natrium, Calcium, Clorida, Phospor
9.     Urine analisis    Reduksi, Sedimentasi
10.  FaaI Hemostasis : PPT dan APTT pada kiien pasca terapi Streptokinase
11.  Serum katekolamin
12.  Kultur darah

B.     Radiologi
1.     Thorax rontgent (Gambaran paru dan jantung - Cardio Thoraxic Ratio)
2.     Echocardiografi
3.     Cardiac Scanning
C.     Elektrokardiografi (EKG)
Menilai irama, heart rate, axis bidang frontal/horizontal, gangguan konduksi, perubahan pola, dll
D.    Kateterisasi jantung




AUSKULTASI JANTUNG


Auskultasi jantung merupakan salah satu tehnik pengumpulan data pada klien dengan gangguan sistem kardiovaskuler. Auskultasi bertujuan untuk mengetahui adanya perubahan suara abnormal jantung sebagai akibat dan kerusakan struktur di dalam jantung seperti defect septum jantung, stenosis atau regurgitasi katub-katub jantung dan dilatasi/hipertrofi ruang jantung. Kemampuan mendengarkan bunyi jantung ataupun bising jantung sangat penting bagi perawat guna mendapatkan data yang akurat dan obyektif berkaitan dengan pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif bagi klien dengan gangguan sistem kardiovaskuler. Auskultasi jantung tidak hanya bermanfaat untuk memperoleh data keperawatan yang dibutuhkan saat pengkajian awal tetapi juga penting dalam proses keperawatan berkesinambungan yaitu dengan memonitor setiap perubahan bunyi jantung yang terjadi.

FISIOLOGI BUNYI JANTUNG

Saat kedua atrium (kanan/kiri) berkontraksi, darah dipompakan ke dalam ruang ventrikel (kanan/kiri) melalul katub Trikuspidalis pada jantung sisi kanan dan melalui katub Mitral pada jantung sisi kiri. Kemudian kedua ventrikel pun berkontraksi dan darah dipompakan dan ventrikel kanan ke dalam paru melalui katub Pulmonalis, sedangkan dari ventrikel kiri, darah dialirkan ke aorta melalui katub Aorta.
Awal kontraksi ventrikel (sistole) terjadi pada saat menutupnya katub Mitral dan katub Trikuspidalis, dimana kedua katub ini terbuka selama atrium berkontraksi. Penutupan katub Mitral dan Trikuspidalis menimbulkan bunyi Lub (pada auskultasi) yang disebut Bunyi Jantung I (BJ I /S I).
Awal relaksasi ventrikel (diastole) terjadi waktu katub Aorta dan katub Pulmonal menutup, dimana kedua katub ini terbuka saat ventrikel berkontraksi. Penutupan katub Pulmonal dan Aorta menimbulkan bunyi Dub (pada auskultasi) yang disebut Bunyi Jantung ll (BJII/S II).

PROYEKSI KATUB JANTUNG

1.     Katub Pulmonal : pertemuan sendi costa Ill sinistra dengan sternum.
2.     Katub Aorta  pada sternum, lebih medial dan lebih rendah dari katub pulmonal.
3.     Katub Mitral pada sternum, dekat batas atas sendi antara costa IV dengan sternum.
4.     Katub Trikuspidalis            di sternum (arah menyilang sternum), sesuai garis penghubung proyeksi katub mitral dengan sendi antara sternum dengan costae kanan V.
Proyeksi katub bukan menunjukkan tempat bunyi jantung yang terdengar paling keras, meskipun bunyi jantung tersebut ditimbulkan disekitar katub jantung.

PROYEKSI BUNYI KATUB JANTUNG

1.     Mitral paling jelas terdengar di apex (ICS V MCL sinistra).
2.     Trikuspidalis terdengar di ICS IV linea sternalis dextra / sinistra atau pada sternum sejajar dengan ICS IV
3.     Aorta terdengar di ICS II linea sternalis dextra.
4.     Pulmonal terdengar di ICS II linea sternalis sinistra.

TEHNIK AUSKULTASI

A.    Stetoskop yang dapat digunakan:
1.     Stetoskop BELL
Untuk mendengarkan suara yang bernada rendah, misalnya BJ 3, BJ 4, bising mid­-diastole mitral/trikuspidalis. Stetoskop ditempelkan di dinding dada dengan penekanan ringan.
2.     Stetoskop DIAFRAGMA
Untuk mendengarkan suara yang bemada tinggi, misalnya BJ 1, BJ 2, opening snap ejection sound, pericardial friction rub, bising sistolik dan early diastolik. Juga dapat digunakan untuk auskultasi suara pemafasan.
Sebaiknya, stetoskop yang dipergunakan adalab jenis BELL karena stetoskop inl Iebih sensitif terhadap bunyi bernada tinggi maupun bernada rendah.
B.    Posisi Pasien Saat Pemeriksaan:
1.     Berbaring miring ke kiri untuk mendengarkan bising di daerah apex jantung
2.     Duduk agak membungkuk           untuk mendengarkan bising didaerah aorta
3.     Berbaring terlentang untuk mendengarkan bunyi jantung

C.    Hal-hal yang perlu diperhatikan
1.     BUNYI JANTUNG
a.     Manakah BJ 1 dan manakah BJ 2?
b.     Apakah BJ 1 lebih keras danpada BJ 2?
c.     Apakah BJ 2 melemah atau hampir tidak terdengar?
d.     Apakah BJ 1 dan BJ 2, masing-masing merupakan satu suara (tunggal) atau terpisah (split)?
e.     Bagaimanakah komponen-komponen BJ I dan BJ 2?
f.      Apakah selama fase sistolik maupun fase diastolik terdapat bunyi jantung tambahan (BJ 3 /BJ 4 atau gallops rythme)?
g.     Bagaimana kwalitas atau Intensitas BJ tambahan tersebut?
2.     BISING JANTUNG
a.     Dimanakah bising jantung terdengar paling keras dan jelas?
b.     Kemanakah arah penjalarannya dan sampai batas mana penjalaran tersebut?
c.     Apakah bising jantung terdengar pada fase diastolik atau sistolik?
d.     Bagaimana intensitas/derajat bising?
e.     Bagaimana kwalitas bising?

D.    Hal-hal yang Perlu Dipahami
1.     Mengenali BJ I dan BJ 2 yang normal yaitu masing-masing : kualitas tunggal, intensitas kuat/keras dan irama teratur.
2.     Belajar memusatkan perhatian dan pendengaran kepada BJ 1 dan BJ 2 secara sendiri-sendiri, sehingga mampu menentukan apakah bunyi tersebut merupakan satu bunyi (tunggai) atau terpisah (split).
3.     Belajar memusatkan pendengaran pada bising jantung, tanpa merasa terganggu oleh bunyi jantung atau suara nafas.

BUNYI JANTUNG

A.    BUNYI JANTUNG I dan BUNYI JANTUNG II
1.     BJ 1 terdengar Iebih keras daripada BJ 2; tetapi nada BJ 1 Iebih rendah, sedangkan BJ 2 nadanya tinggi.
2.     Di daerah apex, BJ I lebih keras dan BJ 2.
3.     Di area katub aorta dan pulmonal, BJ 2 lebih keras dan BJ 1
Intensitas BJ I
1.     Mengeras : pada takhikardi oleh karena Mitral Stenosis/MS.
2.     Melemah  :   pada myocarditis, kardiomyopathi, infark myokard, efusi perikard, mitral insuffisiensi/Mitral Insuffisiensi.
Intensitas BJ 2
1.     Mengeras : pada hipertensi sistemik, hipertensi pulmonal.
2.     Melemah pada hypertensi dengan dinding pembuluh darah yang lentur dan arus aliran darah ke arteri pulmonalis tidak deras oleh karena stenosis.
Untuk membedakan BJ 1 dan BJ 2 :
1.     Pembedaan intensitas sesual dengan lokasi tersebut diatas.
2.     Sinkronisasi dengan denyut arten carotis. Arteri carotis berdenyut segera setelah sistolik ventrikel.

B.    BUNYI JANTUNG Ill dan BUNYI JANTUNG IV

1.     Bunyi Jantung III
a.     Terdengar samar-samar pada fase awal diastolik (BJ 2).
b.     Normal bila terdengar pada usia anak-anak, remaja dan wanita hamil.
c.     Terjadi akibat getaran pada otot papilaris dan korda tendinea katub Mitral / Trikuspid, pada saat ventrikel terisi darah dengan aliran yang deras (oleh karena ventrikel mengalami hipertrofi).
2.     Bunyi Jantung IV
a.     Normalnya tidak terdengar.
b.     Terletak pada akhir fase diastolik / pre-sistolik, yaitu sesaat sebelum BJ I timbul, pada gambaran EKG terletak di antara gelombang P dan komplex QRS.
c.     Terjadi sebagai akibat kontraksi otot atrium yang mengalami hipertrotl.

C.    MITRAL OPENING SNAP/MOS

1.     Terjadi pada awal fase diastole dimana mitral terdorong ke dalam ventrikel dan daunnya membuka. Hal ini terjadi akibat tingginya tekanan atrium kiri (kasus Mitral stenosis).
2.     Bunyi yang ditimbulkan bemada tinggi dan keras dan terdengar di ICS 3 Iinea sternalis sinistra.

D.    GALLOPS RYTHME
Merupakan BJ 3 atau BJ 4 yang berfrekuensi tinggi sehingga menimbulkan suara derap kaki kuda.

BISING JANTUNG

A.    Merupakan bunyi yang ditimbulkan oleh pusaran abnormal aliran darah / arus turbulensi darah dalam ruang jantung dan pembuluh darah.
B.    Terjadi disekitar katub jantung yang menyempit (stenosis) atau bocor (insuffisiensi) dan di sekitar lubang/defect pada septum yang menghubungkan dua ruang jantung secara abnormal (terbentuk Shunt).




HAL YANG PERLU DIPERHATIAKAN PADA BISING JANTUNG:

1.     Hubungan bising dengan siklus jantung

Tentukan letak bising, apakah timbul pada awal, pertengahan, akhir fase diastole I sistole atau berlangsung secara kontinyu.
2.     Perubahan bising karena pengaruh respirasi
Saat inspirasi, pengisian jantung kanan meningkat dan pengisian jantung kiri berkurang. Oleh karena itu, maka bising jantung kanan mengeras pada inspirasi dan bising yang meningkat saat ekspirasi berasal dari jantung kiri.
3.     Daerah terdengamya bising paling keras dan penjalarannya.
a.     Sifat penjalaran bising sangat membantu diagnosa.
b.     Bising aorta dapat terdengar di mitral bahkan menjalar ke arteri karotis.
c.     Bising mitral menjalar ke axilla.
4.     Kualitas bising
a.     Bising akibat penyumbatan aliran darah bunyinya kasar, sedangkan bising akibat regurgitasi bunyinya halus seperti tiupan angin.
b.     Bising yang berkwalitas ejection bita intensitas terbesar pada pertengahan fase sistolik kemudian menurun s/d menghilang pada fase akhir sistolik.
c.     Bising fase sistolik berbunyi dengan intensitas yang sama sepanjang seluruh fase sistoIik.

JENIS BISING

A.    BISING MITRAL
1.     Mitral Stenosis
Daun katub mitral saling melekat di bagian tepinya sehingga lubang pembukaan katup menjadi sempita aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri terhambat, a tekanan atrium kiri pada fase diastole lebih besar daripada ventrikel kiri menimbulkan pusaran aliran darah yang keras a timbul bising diastolik yang langsung mengikuti mitral opening snap. Disebut Bising Mid Diastolik
Karena selisih tekanan diastole antara atrium dan ventrikel kiri menjadi lebih besar lagi saat atrium berkontraksiabising terdengar lagi pada akhir diastole. Disebut Bising Pre-Sistolik.
Semakin berat derajat Mitral Stenosis, bising yang terdengar juga semakin panjang pada akhir fase diastolik. Sifatnya kasar dan bergemuruh.
2.     Mitral Insuffisiensi
Daun katub Mitral tidak dapat menutup dengan sempurna asaat ventrikel kiri berkontraksi, terdapat kebocoran darah ke atrium kiri amenimbulkan bising sepanjang fase sistolik (Bising Pan-Sistolik) a ventrikel harus berkontraksi sekuat­ kuatnya dan secepatnya agar kebutuhan darah tubuh terpenuhi adenyut apex tampak mendorong dan agak meloncat (pulsus seller,).
MI juga mengakibatkan hipertrofi atrium kiri, BJ 4 atau bunyi triple.

B.    BISING AORTA
a.     Aorta stenosis
Jalan keluar darah dari ventrikel kiri ke aorta menjadi sempitatimbul pusaran aliran darah yang keras terutama pada pertengahan fase sistol a timbul bising yang sifatnya ejection (mengeras pada pertengahan sistole kemudian berangsur­angsur menjadi pelan disebut juga diamond shape) dengan intensitas kasar seperti menggeram.
Pada Aorta Stenosis yang berat, BJ 2 terdengar jelas terpisah.
b.     Aorta Insuffisiensi
Katub aorta tidak menutup sempuma selama fase diastole asebagian darah masuk kembal, ke ventrikel kiri a terdengar bising pada seluruh fase diastolik (yang timbul setelah BJ 2 sampai BJ 1 terdengar) a ventrikel bekerja keras dan cepat a teraba denyut nadi yang meloncat/pulsus seller dan denyut apex yang mendorong.
Intensitas suaranya halus bernada tinggi dan disebut Bising Diastolik Dini. Terdengar keras di daerah katub aorta dan mitral serta tepi kiri sternum bagian bawah.

C.    BISING TRIKUSPIDALIS
1.     Trikuspidal Stenosis
Bising diastolik didaerah parastemal sinistra setinggi costae V. Bising mengeras dengan inspirasi.
2.     Trikuspidal Insuffislensi
Bising sistolik di daerah parastemal sinistra setinggi costae V. Bising mengeras dengan inspirasi.

D.    BISING PADA KELAINAN JANTUNG
1.     Pulmonal Stenosis
Terjadi bising ejeksi sistolik di daerah katub pulmonal dan BJ 2 terpisah. Pada keadaan berat terdengar juga BJ 4 ventrikel kanan.
2.     Pulmonal Insuffisiensi
Terjadi Click Ejection fase sistolik. Pada pulmonal insuffisiensi yang berat dapat terjadi bising diastolik bernada rendah dan kasar.

ATRIUM SEPTAL DEFFECT

Dari atrium kiri, darah mengalir sebagian ke atrium kananavolume darah ventrikel kanan bertambaha perlambatan penutupan katub pulmonal a terdengar BJ 2 terpisah jauh (yang tidak dipengaruhi respirasi). Jadi bersifat Fixed Splitting, karena darah yang melalui katub pulmonal berlebihan a terjadi pusaran aliran darah di katub pulmonal a terdengar bising ejeksi sistolik di daerah tersebut.

VENTRICULAR SEPTAL DEFFECT

Pada fase sistole, tekanan ventrikel kanan adalab 1/5 tekanan ventrikel kiri. OIeh sebab itu, pada kasus ini sebagian darah dan ventrikel kiri (pada fase sistole) mengalir ke ventrikel kanana terdengar bising sistolik selama fase sitolik (disebut Bising Holo-Sistolik).
Lokasi : ditepi sinistra sternum pada costae IV.  Bising ini tidak meningkat  intensitasnya dengan inspirasi.

PATENT DUCTUS ARTERIOSUS

1.     Merupakan shunt/lubang yang menghubungkan aorta dengan arteri pulmonalis
2.     Tekanan sistole/diastole di aorta Iebih tinggi daripada tekanan arteri pulmanalisa terjadi aliran darah dari aorta ke arteri pulmonalis melalui shunt tersebut, balk pada fase sistole/diastole a timbul bising kontinyu
3.     Lokasi : di ICS 2 linea sternalis sinistra.
4.     Bila terjadi hypertensi pulmonal a aliran darah hanya terjadi pada fase sistolik abising pan sistolik, BJ 2 mengeras.

TETRALOGI FALLOT

1.     Meliputi kelainan berupa pulmonal stenosis, ventricle septum deffect, overriding aorta dan hipertrofi ventrikel kanan.
2.     Bising yang terdengar adalah bising pulmonal stenosis.

AORTA COARCTASIO

1.     Penyempitan aorta di sekitar ligamentum arteriosum. Terdengar ejection click sistolik dini dilkuti bising sistolik/diastolic/kontinyu.
2.     Paling jelas terdengar di punggung sekitar vertebra torakal 4 - 5 di tengah I sedikit di kiri vertebra.

HIPERTENSI PULMONAL

1.     Tekanan di arteri pulmonalis dapat meningkat sampai mendekati tekanan aorta.
2.     Pada kasus ini, BJ 2 meningkat, juga terdengar ejection click sistolik di daerah pulmonal.

5. BISING PERICARD (PERICARDIAL FRICTION RUB)
1.     Terdengar saat sistolik dan diastolik di daerah prekordium.
2.     Bising pericard menetap bila pasien menahan nafas, bunyinya kasar dan seirama dengan denyut jantung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar